June 19, 2012

Sedikit Mengenal


Ular sudah ada 100 juta tahun lebih lama dari manusia modern, kecuali di daerah kutub dan di beberapa pulau, mereka tersebar di seluruh dunia. Agama menghubungkan ular dengan kekuatan mistik, mempengaruhi emosi manusia mulai dari rasa hormat hingga rasa takut. Ular hidup diantara kita tetapi kita sulit menerima mereka di dekat rumah kita, baik kita melihat mereka ataupun tidak.
Masing-masing jenis ular memiliki bentuk tubuh berbeda dan banyak variasi pada polanya. Dengan panjang 6 meter, Ular Anaconda Hijau lebih panjang 10 kali dari Ular Kayu pada umumnya. Beratnya sekitar 100 kg, ia 7000 kali lebih berat dari Ular Kawat, yang merupakan ular terkecil di dunia. Ada sekitar kurang lebih 2700 spesies ular yang berbeda, 70% diantaranya menetas dari telur, yang lainnya keluar dari kulit telur yang lentur.

Taring berbisa terdapat pada 25% dari semua jenis ular. Semua jenis mempunyai metode bertahan dan menyerang yang teradaptasi dengan lingkungannya, mulai dari hutan hujan hingga gurun. Ular hidup secara diam-diam, bergerak secara cepat dan tepat. Hidup di pucuk pohon hingga ke kedalaman laut, ular merubah hal yang tidak menguntungkan menjadi evolusi yang menarik. Makhluk yang tidak memiliki anggota tubuh adalah sesuatu yang spektakuler karena dapat bertahan hidup dan kadang sangat ditakuti.

Ular merupakan hewan yang kehadirannya selalu disalahpahami sebagai pengganggu, terutama dari ketidaktahuan manusia tentang hakikat dan posisinya di alam. Ular keseluruhannya merupakan predator, khususnya bagi sebagian kelompok ular berbisa telah memberikan reputasi tersebut, seperti kebanyakan orang tidak dapat membedakan antara ular yang berbisa dan yang tidak. Hanya sebagian kecil (kurang dari 300 spesies) termasuk dalam kelompok yang berbisa, dan hanya beberapa diantara dari mereka yang mampu menimbulkan efek gigitan mematikan bagi manusia.

Meskipun gigitan ular telah banyak menimbulkan kematian di seluruh dunia, diperkirakan 30.000 – 40.000 orang per tahunnya, dan sebagian besar kematian (25.000–35.000) kasus terjadi di Asia Tenggara yang dikarenakan wilayah tersebut kurang dalam perawatan medis (obat dan tenaga ahli), dan beberapa dari korban juga termasuk dalam golongan "kurang gizi", bahkan wilayah Asia Tenggara termasuk dalam wilayah yang memiliki sejumlah besar spesies ular yang tergolong berbisa mematikan.

Meskipun ada kasus kematian yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa di Amerika Serikat sekitar 8.000 orang per tahunnya, tetapi jumlah rata-rata tahunan kasus kematian tersebut hanya sedikit dibandingkan dengan kasus kematian yang disebabkan oleh sengatan lebah dan sambaran petir. Di Meksiko, 10 kali lebih banyak orang meninggal setiap tahunnya yang disebabkan oleh sengatan lebah daripada gigitan ular.

Hampir setiap kebudayaan sejak zaman prasejarah (mungkin termasuk berbagai kebudayaan yang ada sekarang ini) rata-rata telah menyembah, menghormati, bahkan takut akan ular. Ritual penghormatan terhadap ular dapat dilihat pada beberapa ukiran di dinding-dinding bangunan prasejarah sekitar 10.000 SM.
Ular hidup diantara kita tetapi kita sulit menerima mereka di dekat rumah kita, baik kita melihat mereka ataupun tidak. Dalam sejarah manusia, ular adalah objek mitos dan legenda biasanya sebagai setan. Pada Kitab Kejadian di Alkitab digambarkan Taman Eden sebagai surga, tetapi hal tersebut terjadi sebelum ular menyamar sebagai ular lalu menggoda manusia untuk makan buah terlarang. Sebagai hukuman atas dosa besar itu, Allah mengutuk semua ular untuk berjalan dengan perutnya seumur hidup dan beberapa orang mengatakan kutukan pada ular menggambarkan kemenangan Tuhan atas setan, yang lain mengatakan itu mewakili gairah seks sebagai dosa. Jauh dari asal-usul yang berliku, ular dikenal sebagai pembunuh yang mengagumkan, yang paling licik dari hewan manapun. Mereka mampu bergerak dengan kekuatan dan kecepatan seperti kilat, dan mereka menjadi mahkluk yang paling menakutkan di dunia.

Manusia selalu memiliki hubungan yang istimewa dengan ular, terkadang memiliki rasa sedikit ingin tahu dan terkadang sedikit takut. Dibanyak budaya ular dihormati dan dianggap berkekuatan gaib. Di bagian utara Afrika Selatan, dalam ritual kesuburan manusia, wanita-wanita muda suku menari mengelilingi api, tangan mereka berkaitan satu sama lain sebagai simbol Ular Sanca (pengatur kehamilan). Orang Meksiko kuno percaya bahwa ular adalah dewa. Ular menghubungkan antara neraka dan surga, dunia dan jagat raya. Dalam bahasa kebudayaan yang hilang ini, Rasi Scorpio disebut Amaru (yang berarti ular). Rasi ini mempunyai pengaruh spiritual terhadap budaya di Amerika Tengah dan Selatan. Manusia selalu tergoda untuk memitoskan ular, tak sulit untuk mengetahui alasannya.

Dalam kepercayaan penduduk Irlandia, semua ular yang ada di negeri itu telah diusir keluar oleh Santo Patrick, tetapi tampaknya sejarah tidak pernah membuktikan bahwa ada ular di Irlandia, hanya tergambar kaki legendaris yang mempunyai kekuatan magis untuk mengusir ular. Dan hingga sekarang hari tersebut menjadi perayaan yang sering dikenal dengan “St. Patrick Day”. Ular juga berkaitan dengan gairah dan rasa takut dalam berbagai mitologi. Bangsa Yunani, Medusa yang mempunyai paras sangat cantik dengan rambut yang terdiri atas banyak jenis ular, siapapun yang berusaha memandang dirinya akan berubah menjadi batu. Medusa meninggal mengenaskan dengan kepala yang terpisah dari badan.

Ular memiliki reputasi campuran sebagai Allah yang Maha Penyembuh, digambarkan ular sebagai obat obat mujarab dalam simbol tonggak kesembuhan Asclepius dan Hermes. Raja Lear Anthony memanggil Cleopatra sebagai Ratu Ular Sungai Nil, dan ketika Cleopatra meninggal ia tergambarkan meninggal sambil memegang ular di antara dadanya. Mungkin legenda yang paling menakjubkan mengenai ular adalah kekuatan musik untuk meliukkan badan Ular Kobra, faktanya ular tidak punya telinga sehingga ia tidak pernah mendengar bunyi dari seruling yang ditiup, gerakan dari seruling itu yang menarik dirinya. Banyak sekali pawang ular yang menggerakkan seruling kepada ular untuk memperkecil resiko tergigit.
Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri khususnya di daerah Jawa, ular dipandang sebagai perwujudan “Dewi Sri”, Dewi Sri turun ke bumi mengambil rupa ular sawah. dewi yang sering digambarkan sebagai pelindung para petani. Kepercayaan budaya Jawa sampai sekarang masih percaya bahwa setiap ular yang ada di persawahan mereka merupakan perwujudan dari Dewi Sri, dan kebanyakan dari merka akan tetap membiarkan ular itu , bahkan ada yang sampai memberikan “sesaji” di persawahan mereka.

Ular tergolong Vertebrata dan masuk dalam kingdom animalia. Ular juga merupakan hewan bersisik sehingga bukan seperti yang dibayangkan kalau ular itu hewan yang mempunyai lendir pada tubuhnya walaupun ada juga ular yang menempati habitat perairan, tetapi bukan berarti mereka mempunyai selaput lendir seperti yang sering kita jumpai pada belut ataupun ikan. Ular termasuk dalam hewan berdarah dingin yang sering disebut reptil, sehingga ular memanfaatkan sinar matahari untuk menaikkan suhu tubuhnya guna membantu proses metabolisme maupun dalam hal membantu mencerna makanannya.

Perlu diketahui bahwa ular merupakan predator sejati, ular tidak memangsa makanan lain selain mangsanya dan ular mampu bertahan dalam cuaca yang sangat ekstrim sekalipun. Karena sebab itu ular dapat di temukan di dalamnya laut sampai lereng–lereng gunung yang terjal. Seperti dapat dilihat kemampuan beradaptasinya itu ular mampu hidup dan selamat dari jaman dinosaurus.
Ular pada dasarnya adalah hewan nokturnal yang aktif hanya pada malam hari tapi ada beberapa jenis ular yang aktif pada siang hari. Untuk beberapa jenis ular mangsanya adalah hewan pengerat (Mamalia) walau ditemukan juga jenis ular tertentu memangsa jenis burung (Aves) sebagai makanan utamanya, ada juga jenis ular yang berperilaku kanibal yakni memangsa jenis ular lain yang ukuranya lebih kecil dari ular tersebut salah satunya adalah raja ular atau sering disebut king kobra.

Kulit ular ditutupi oleh sisik. Dan kebanyakan dari masyarakat awam mengatakan sisik ular itu "berlendir atau berminyak", tetapi sebenarnya sisik ular itu halus dan kering. Ular akan berganti kulit selama beberapa kali dalam setahun, yang dalam prosesnya biasa berlangsung selama beberapa hari. Ular harus berganti kulit mereka secara teratur saat mereka tumbuh, proses itu dikenal sebagai molting atau shedding. Untuk mempermudah proses tersebut ular akan menggosokan kepala mereka ke sesuatu yang kasar dan keras, seperti kayu atau batu.

Sebagian besar dari ular hidup aktif di siang hari namun tidak sedikit dari mereka juga menjalani kehidupan nokturnal. Panas tubuh mereka dapat meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur lingkungan dan beberapa dari mereka lebih senang hidup dalam lembabnya “panas terik” vegetasi tropis. Beberapa dari mereka memiliki pupil mata vertikal dan ada juga yang horisontal. Ular yang hidup di daerah dingin lebih banyak melakukan hibernasi sehingga metabolisme tubuh mereka dapat dikatakan lebih lambat dibandingkan bagi mereka yang hidup di daerah tropis.

Ular dapat bergerak dengan cepat, mereka memiliki "organ penggerak" yaitu tulang rusuk yang menempel di hampir semua tulang vertebra mereka. Mereka dapat mengadaptasikan gerakan mereka untuk setiap permukaan di mana mereka bergerak, namun semua macam-macam gerakan ular didasarkan pada proses ketika bagian tubuh mereka telah “menempel” di beberapa proyeksi dari bentuk permukaan tanah yang dapat memberikan mereka tolakan, tulang rusuk akan terlihat saling “tertarik-menarik” untuk saling mendekatkan antara satu dengan yang lain, sedangkan jika ingin menghasilkan gerakan “belok” tulang rusuk akan terlihat menyatu satu dengan yang lain. Hal tersebut akan berbeda ketika ular akan memanjat pohon dan terlihat membentuk gerakan “spiral”, dan juga ketika ular melakukan “modus” penyerangan yang dapat “melompat” dari tanah dalam hal ini bagian depan tubuh mereka yang terlihat terangkat dari tanah. Bahkan ketika Ular King Kobra dapat “berjalan” sambil mengangkat sebagian tubuh mereka, hal tersebut dapat dimungkinkan dengan catatan sebagian tubuhnya tidak kehilangan kontak dengan tanah.

Ular memainkan peran penting dalam berbagai jenis ekosistem. Namun, jumlah mereka umumnya semakin menurun. Kemungkinan alasan untuk hal ini meliputi:
1. Menghilangkan habitat ular, melalui pembukaan lahan baru untuk pertanian dan perkebunan, atau pembangunan perkotaan ke arah desa; lebih sering menggunakan pembakaran hutan.
2. Membunuh ular dengan sembarangan oleh orang-orang yang takut atau tidak menyukai ular, padahal banyak ular sebenarnya tidak berbahaya.

Ular biasanya tidak agresif, mereka menyerang manusia hanya kebetulan atau sebagai pertahanan diri, kebanyakan dari mereka akan mengingatkan mamalia besar akan kehadirannya, tetapi kebanyakan dari itu banyak yang tidak menyadari tanda-tanda itu, dan menyerang adalah upaya terakhir. Ular sudah ada dari berjuta-juta tahun lalu dan akan tetap ada sampai berjuta tahun ke depan. Selama mereka tidak diganggu, tetapi tak ada alasan untuk mereka takkan diganggu. Mereka beradaptasi dengan sangat baik dilingkungan mereka. Jika diberi kesempatan, mereka akan terus ada berjuta tahun lagi.